Senin, 27 Desember 2010

tugas akhir asset tetap

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Suatu perusahaan tertentu pada dasarnya selalu berusaha untuk mencapai tujuan didirikannya perusahaan tersebut. Untuk menunjang agar  tercapainya tujuan itu, setiap perusahaan mempunyai aktiva (harta/asset) tertentu guna memperlancar kegiatan yang dilaksanakan perusahaan.
Aktiva tetap merupakan komponen yang sangat penting bagi perusahaan untuk kegiatan operasionalnya. Aktiva tetap tersebut merupakan salah satu komponen dalam neraca, sehingga ketelitian dalam pengolahan aktiva tetap sangat berpengaruh terhadap kewajaran penilaiannya dalam laporan keuangan.
Kewajaran penilaian aktiva tetap suatu perusahaan dapat disesuaikan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 (2009). Dalam PSAK ini dinyatakan bahwa aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Aset tetap biasanya memiliki masa pemakaian lebih dari satu tahun, sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan dalam jangka waktu yang relatif lama. Namun, manfaat yang diberikan aktiva tetap umumnya semakin lama semakin menurun manfaatnya secara terus menerus, dan menyebabkan terjadi penyusutan (depreciation).
Seiring dengan berlalunya waktu, aktiva tetap akan mengalami penyusutan (kecuali tanah). Faktor yang mempengaruhi menurun kemampuan suatu aktiva tetap untuk memberikan jasa/manfaaat yaitu : Secara fisik, disebabkan oleh pemakaian dan keausan karena penggunaan yang berlebihan dan secara fungsional, disebabkan oleh ketidakcukupan kapasitas yang tersedia dengan yang diminta (misal kemajuan teknologi). Sehingga penurunan kemampuan aktiva tetap tersebut dapat dialokasikan sebagai biaya.
Masalah pengalokasian biaya penyusutan merupakan masalah penting, karena mempengaruhi laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Apabila menggunakan metode penyusutan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku atau kondisi perusahaan tersebut, maka akan mempengaruhi pendapatan yang dilaporkan setiap periode akuntansi. Selain itu juga mempengaruhi nilai dari aktiva tetap tersebut.
Dalam perhitungan penyusutan aktiva tetap terdapat beberapa metode yang dapat digunakan, antara lain : metode garis lurus, metode saldo menurun, metode jumlah angka tahun, metode unit input dan metode unit output.
PT XXX adalah salah satu perusahaan jasa kontruksi yang mempunyai kegiatan usaha melaksanakan rehabilitasi pembangunan.  Setiap bagian dalam perusahaan ini mengambil bagian penting dalam menyajikan pelayanan kepada kelayan, sehingga banyak menggunakan aktiva tetap dalam kegiatan operasionalnya. Aktiva tetap yang digunakan terdiri dari peralatan dan mesin  gedung, kendaraan operasional dan peralatan penunjang lainnya.
Biaya penyusutan suatu aktiva tetap akan mempengaruhi laporan keuangan dan hasil kinerja perusahaan pada suatu periode akuntansi. Sehingga dalam melakukan penyusutan aktiva tetapnya, PT XXX menggunakan metode garis lurus (straight line method), karena dalam metode ini seluruh biaya aktiva yang sama dialokasikan ke setiap periode akuntansi selama masa manfaat aktiva tersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka metode penyusutan aktiva tetap sangat penting diterapkan pada PT XXX. Hal ini mendorong penulis untuk membuat Makalah Seminar dengan judul “Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap pada PT XXX.

1.2.   Perumusan dan Identifikasi Masalah
Aktiva tetap (kecuali tanah) akan berkurang kemampuannya untuk menghasilkan output bersamaan dengan bertambahnya umur aktiva tetap. Menurunnya aktiva tetap dalam menghasilkan output dipengaruhi oleh harga perolehan, estimasi masa manfaat dan estimasi nilai residu pada akhir masa manfaat aktiva tetap tersebut.
PT XXX dalam melakukan penyusutan aktiva tetapnya menggunakan metode garis lurus (straight line method).
 Kebijakan perusahaan berkenaan dengan penyusutan aktiva tetap adalah diakui apabila perolehannya dilakukan sebelum tanggal tujuh pada bulan bersangkutan. Aktiva tetap yang perolehannya melebihi tanggal tujuh maka penyusutannya akan diakui pada bulan berikutnya. Pembebanan penyusutan aktiva tetap seperti ini akan mempengaruhi biaya penyusutan aktiva tetap. Nilai biaya penyusutan akan mempengaruhi laporan keuangan dan hasil kinerja perusahaan pada suatu periode akuntansi.
Berdasarkan pemaparan diatas maka penulis mengangkat permasalahan untuk penelitian ini adalah bagaimana penerapan metode penyusutan aktiva tetap pada PT XXX ?

1.3.   Tujuan dan Kegunaan Penelitian
                1.3.1.     Tujuan Penelitian
Maksud penulis melakukan penelitian ini adalah untuk memperdalam pengetahuan teoritis yang diperoleh dari perkuliahan dan memperoleh gambaran praktis atas kegiatan perusahaan, sehingga penulis mengetahui sejauh mana teori yang diperoleh diterapkan dalam kegiatan perusahaan.
Adapun tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data-data dan informasi yang diperlukan dalam menyusun makalah tugas akhir mengenai penerapan metode metode penyusutan aktiva tetap pada PT XXX.

                1.3.2.    Kegunaan Penelitian
Dengan dilaksanakan penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang berkepentingan yaitu sebagai berikut :
1.3.2.1.   Kegunaan Teoritis
1.  Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan, memperluas wawasan, dan pengalaman dalam bidang studi yang dibahas dalam penelitian ini, khususnya penerapan metode penyusutan aktiva tetap dan juga dapat memberikan kesadaran bagi penulis bahwa penelitian yang dilakukan merupakan pengembangan dari ilmu-ilmu yang sudah dipelajari selama di perkuliahan.
2.      Bagi pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, pengetahuan dan masukan-masukan kepada para pembaca sehingga lebih dapat memahami tentang penerapan metode penyusutan aktiva tetap.
1.3.2.2.   Kegunaan Praktis
Penulis berharap, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan, ide-ide atau informasi-informasi untuk menyempurnakan penerapan metode penyusutan aktiva tetap pada PT XXX.

1.4.     Objek Penelitian, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Objek penelitian yang diteliti adalah penerapan metode penyusutan aktiva tetap pada PT XXX. Untuk mendapatkan data dan informasi dalam penyusunan makalah tentang penerapan metode Penyusutan aktiva tetap, maka penulis melakukan penelitian pada PT XXX.
Berdasarkan informasi yang diterima penulis dari Finance Sub. Division  pada PT XXX bahwa metode yang digunakan untuk melakukan penyusutan aktiva tetap adalah metode garis lurus (Straight Line Method).
Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penyusunan makalah tugas akhir dengan judul “Penerapan Metode penyusutan aktiva tetap pada PT XXX”, maka penulis melakukan penelitian pada PT XXX yang berlokasi di jl Angsa no.22 Cibinong Bogor – Jawa Barat. Penulis melakukan magang pada bagian Keuangan PT XXX  mulai tanggal 07 September  sampai  09 Oktober 2009.

1.5.    Metode Pengumpulan Data
Penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode studi kasus yaitu menelaah dan mengamati secara langsung penerapan metode penyusutan aktiva tetap pada PT XXX yang dijadikan tempat penelitian untuk mendapatkan data dan informasi - informasi sebagai bahan utama dalam pembuatan makalah tugas akhir, sumber data tersebut yaitu Data Sekunder.
Data sekunder merupakan data – data yang diperoleh dari buku – buku acuan, karya ilmiah dan sumber – sumber lainnya yang terkait dengan objek penelitian.
  Berikut ini adalah beberapa Tehnik pengumpulan data antara lain :
1.              Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan dimaksudkan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data sekunder yaitu dengan membaca, mempelajari dan memahami buku – buku, catatan kuliah serta sumber lain yang berkaitan dengan objek penelitian yang dibahas untuk dijadikan dasar dalam menyusun makalah tugas akhir ini.
2.   Penelitian Lapangan (Field Research )
Penelitian lapangan merupakan penelitian secara langsung terhadap keadaan perusahaan yaitu dengan mencatat dan mengamati aktivitas atau kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan yang berhubungan dengan objek penelitian yang dibahas dalam makalah tugas akhir ini, sehingga penulis dapat memperoleh data yang sebenarnya.
Penelitian lapangan dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu :
a.    Observasi
Dalam hal ini penulis untuk memperoleh data melalui tinjauan langsung ke lapangan dengan cara mengamati secara langsung kegiatan operasional perusahaan yang berkaitan dengan objek penelitian.
b.    Wawancara
Dalam wawancara tersebut penulis melakukan konsultasi dan Tanya jawab langsung dengan atau orang yang berwenang dalam perusahaan tersebut. Dari wawancara itu diharapkan akan diperoleh data mengenai aktiva tetap yang dimiliki perusahaan, struktur organisasi berikut perincian tugas, keterangan dan pendapat mereka mengenai pererapan metode penyusutan aktiva tetap dan biaya yang berkaitan dengan aktiva tetap tersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.     Akuntansi Keuangan
Eksistensi suatu perusahaan sangat tergantung pada transaksi-transaksi yang dilakukannya. Perusahaan yang dapat melakukan transaksi dengan baik berdasarkan perencanaan dan perhitungan yang baik akan mampu menjaga eksistensinya bahkan akan mendapatkan pertumbuhan usaha yang baik.
Oleh karena itu, perusahaan sangat membutuhkan suatu sistem yang mengatur bagaimana transaksi-transaksi harus dilakukan dan pencatatan yang sistematis dalam suatu periode tertentu sehingga didapatkan laporan yang mampu menggambarkan aktivitas perusahaan dimasa lalu, dimasa sekarang dan mampu memberikan gambaran prospek perusahaan dimasa akan datang.
Sistem yang mengatur pencatatan transaksi-transaksi yang telah dilakukan perusahaan hingga penyusunan laporan dampak keuangan atas transaksi-transaksi itulah yang disebut akuntansi keuangan.
Pendefinisian akuntansi keuangan oleh para profesional, akademisi dan asosiasi-asosiasi tentunya dilakukan berdasarkan sudut pandang dan pemahaman mereka masing-masing.
Perbedaan sudut pandang dan pemahaman terhadap akuntansi keuangan telah melahirkan banyak variasi definisi tentang akuntansi keuangan. Berikut ini definisi tentang akuntansi keuangan yang didapat dari beberapa sumber, antara lain :

A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) mendefinisikan akuntansi sebagai:
“Proses mendefinisikan, mengukur, dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalam hak memprtimbangkan berbagai alternative dalam pengambilan keputusan”.

American Institute of Certified Public Accounting (AICPA) mendefinisikan akuntansi sebagai :
“Suatu seni pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasilnya”.

Accounting Principle Board (APB) mendefinisikan akuntansi sebagai:
“Suatu kegiatan jasa yang fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif umumnya dalam ukuran uang mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekeonomi sebagai dasar memilih beberapa alternatif”.

Berdasarkan definisi berbagai sumber diatas tentang akuntansi keuangan, maka dapat disimpulkan bahwa akuntansi keuangan adalah bagian dari akuntansi yang berkaitan dengan penyiapan laporan keuangan untuk pihak luar, seperti pemegang saham, kreditor, pemasok, serta pemerintah. Prinsip utama yang dipakai dalam akuntansi keuangan adalah persamaan akuntansi.
Akuntansi keuangan berhubungan dengan masalah pencatatan transaksi untuk suatu perusahaan atau organisasi dan penyusunan berbagai laporan berkala dari hasil pencatatan tersebut. Laporan ini disusun untuk kepentingan umum dan biasanya digunakan pemilik perusahaan untuk menilai prestasi manajer atau dipakai manajer sebagai pertanggungjawaban keuangan terhadap para pemegang saham.
Hal penting akuntansi keuangan adalah adanya Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang merupakan aturan-aturan atau pedoman yang harus digunakan didalam pengukuran dan penyajian laporan keuangan untuk kepentingan eksternal.

2.2.      Aktiva Tetap
                2.2.1.  Pengertian Aktiva tetap
Suatu entitas memerlukan sebuah laporan keuangan untuk mengikhtisarkan posisi keuangannya. Neraca adalah salah satu laporan keuangan dasar yang biasanya disusun oleh organisasi yang mencari laba, untuk digunakan oleh investor, kreditor, dan pengambilan keputusan eksternal yang lainnya. Neraca menggambarkan posisi keuangan dengan komponen aktiva (harta/asset) dan pasiva (kewajiban dan modal/payable and equity). Aktiva terdiri dari aktiva lancar (current asset), aktiva tetap (fixed asset) dan aktiva lain-lain (other asset).
Aktiva tetap merupakan salah satu komponen dalam neraca yang sangat penting bagi perusahaan untuk pelaksanaan kegiatan operasional dan sebagai penunjang tercapainya tujuan didirikan perusahaan tersebut. Oleh karena itu, ketelitian dan kecermatan dalam pengolahan aktiva tetap sangat berpengaruh terhadap kewajaran penilaian dalam laporan keuangan.                       
Sebelum membahas aktiva tetap lebih mendalam, terlebih dahulu penulis akan memaparkan tentang definisi-definisi aktiva tetap. Berikut ini definisi-definisi mengenai aktiva tetap dari berbagai sumber :
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 (2009)  menyatakan bahwa:
”Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode”.

Warren, et all (2008, 440) menyatakan bahwa:
“Aset tetap (fixed assets) merupakan aset jangka panjang atau aset yang relatif permanen, dimiliki dan digunakan oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal”.

Rudianto (2009, 276) menyatakan bahwa:
“Aktiva tetap merupakan barang berwujud milik perusahaan yang sifatnya relatif permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan bukan untuk diperjualbelikan”.

Berdasarkan definisi berbagai sumber diatas tentang aktiva tetap, dapat disimpulkan bahwa aktiva tetap merupakan suatu aset yang mempunyai bentuk fisik, mempunyai nilai yang relatif besar,  dimiliki oleh perusahaan dan digunakan dalam operasi normal perusahaan sehari - hari serta tidak untuk diperjualbelikan dan bersifat permanen atau mempunyai masa guna lebih dari satu periode akuntansi.

                2.2.2.  Karakteristik Aktiva Tetap
Aktiva tetap mempunyai beberapa karakteristik, berikut beberapa definisi karakteristik aktiva tetap dari berbagai sumber.
Firdaus A Dunia (2005, 151) menyatakan bahwa karakteristik aktiva tetap, yaitu :
1.      Maksud perolehannya adalah digunakan dalam kegiatan perusahaan, dan bukan untuk diperjualbelikan dalam kegiatan normal perusahaan ;
2.      Umur atau jangka waktu pemakaiannya yang lebih dari satu tahun ;
3.      Bahwa pengeluaran untuk aktiva tersebut harus merupakan pengeluaran yang  nilainya besar atau material bagi perusahaan tersebut. Dalam perolehannya, perusahaan harus membuat kebijaksanaan keuangan atau akuntansi mengenai nilai atau jumlah minimum pengeluaran yang dapat dikapitalisasi atau yang dianggap sebagai pengeluaran barang modal.

Menurut Weygant, et all (2005,401) mengungkapkan bahwa ada beberapa karakteristik dari aktiva tetap, yaitu :
1.      They have a physical substance ( a definite size and shape) ;
2.      Are used in the operations of a business ;
3.      Are not Intended for sale to customers.

Sedangkan Menurut Achmad Tjahjono, et all (2009, 112) mengungkapkan beberapa karakteristik aktiva tetap, yaitu :
1.      Dipergunakan untuk operasional perusahaan dan tidak  untuk dijual ;
2.      Memiliki manfaat lebih dari satu periode akuntansi atau satu siklus operasi normal ;
3.      Memilki bentuk fisik, karakter ini untuk membedakan dengan aktiva tak berwujud ;
4.      Mempunyai nilai yang material.
Berdasarkan definisi berbagai sumber diatas tentang karakteristik aktiva tetap, maka dapat disimpulkan bahwa aktiva tetap mempunyai beberapa karakteristik. Diantaranya adalah :
1.      Aktiva tetap mempunyai wujud/bentuk fisik ;
2.      Digunakan dalam operasional perusahaan ;
3.      Memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi ;
4.      Tidak untuk diperjualbelikan ;
5.      Mempunyai nilai yang sangat material.

                2.2.3.  Jenis-Jenis  aktiva tetap
Suatu aktiva mungkin saja mempunyai masa guna lebih dari satu periode akuntansi, mempunyai nilai relative besar, dan tidak untuk diperjualbelikan kembali. Tetapi bila aktiva tersebut tidak  digunakan dalam aktivitas usaha perusahaan sehari – hari , maka aktiva tersebut tidak dapat diklasifikasikan sebagai aktiva tetap, mungkin lebih tepat diklasifikasikan sebagai investasi jangka panjang atau aktiva lain – lain.
Setelah dilihat dari karakteristik dari aktiva tetap, selanjutnya penulis akan memaparkan tentang beberapa pengelompokkan atau jenis-jenis aktiva tetap.
Berikut ini definisi-definisi berbagai sumber bacaan tentang pengelompokan aktiva tetap ditinjau dari beberapa sudut pandang, antara lain yaitu :

Menurut Ahmad Syafi’i syukur (2009, 224) memaparkan bahwa aktiva tetap dibagi menjadi dua golongan , yaitu :
1.  Aktiva tetap berwujud
Merupakan aktiva tetap yang mempunyai bentuk fisik dan dapat dikenali melalui panca indera.

a.       Aktiva tetap berwujud dilihat dari umurnya, dibagi dua :
1.      Aktiva tetap berwujud yang mempunyai umur tidak terbatas, misalnya : tanah untuk dibangun,jenis aktiva ini tidak perlu dilakukan depresiasi.
2.      Aktiva tetap berwujud yang mempunyai umur terbatas, dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :
a.        Aktiva tetap berwujud yang dapat diperbaharui, misalnya : gedung, kendaraan, mesin, peralatan,  dsb.
b.      Aktiva tetap berwujud yang tidak dapat diperbaharui, misalnya : konsesi tanah tambang.
Aktiva tetap berwujud ditinjau dari mobilitasnya, dibagi  menjadi dua :  
a.    Aktiva tetap berwujud bergerak ;
b.    Aktiva tetap berwujud tidak bergerak.
b.      Aktiva tetap berwujud ditinjau dari kemampuan mengembangkan diri terbagi menjadi dua, yaitu :
1.      Aktiva tetap berwujud yang tidak dapat
mengembangkan diri ;
2.      Aktiva tetap berwujud yang dapat mengembangkan diri.
c.      Ditinjau dari Undang-Undang perpajakan, Aktiva tetap berwujud dikelompokan menjadi empat golongan, yaitu:
1.      Golongan 1, aktiva tetap berwujud selain bangunan yang mempunyai umur ekonomis sampai 4 tahun;
2.      Golongan 2, aktiva tetap berwujud selain bangunan yang mempunyai umur ekonomis diatas  4 tahun sampai dengan 8 tahun ;
3.      Golongan 3, aktiva tetap berwujud selain bangunan yang mempunyai umur ekonomis lebih dari 8 tahun;
4.      Golongan 4, aktiva tetap berwujud yang berupa tanah dan bangunan.
2.  Aktiva tetap tidak berwujud
Merupakan aktiva jangka panjang yang tidak terlihat secara fisik .Misalnya :  goodwill,  franchise,trade mark, dan copy right.

Selain itu juga, Warren, et all (2008, 440) mengelompokkan aset menjadi dua, yakni :
1.  Aset tetap berwujud (tangible assets) yang merupakan asset jangka panjang atau asset yang relatif permanen penggunaannya dan terlihat secara fisik. Nama-nama deskriptif lain bagi asset-aset ini adalah asset pabrik (plant assets), atau property, pabrik, dan peralatan (property, plant, and equipment) ;
2.  Asset tetap tidak berwujud (intangible assets), merupakan asset jangka panjang yang bermanfaat bagi perusahaan dan tidak untuk dijual serta tidak terlihat secara fisik. Antara lain paten (patensi), hak cipta, merek dagang, dan goodwill.

Berdasarkan definisi berbagai sumber diatas tentang jenis-jenis aktiva tetap, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis aktiva tetap terbagi menjadi dua golongan yaitu :
1.      Aktiva tetap berwujud, yaitu aktiva tetap yang bersifat jangka  panjang dalam aktivitas operasi perusahaan yang dapat dilihat bentuk fisiknya. Didalamnya meliputi ; tanah, bangunan, mesin-mesin, dan peralatan lain yang digunakan untuk menghasilkan atau memudahkan penjualan barang dan jasa.
2.      Aktiva tetap tidak berwujud, yaitu aktiva tetap jangka panjang yang tidak terlihat secara fisik. Harta tak berwujud termasuk pos-pos seperti hak cipta, paten, goodwill, dan perjanjian monopoli.
Walaupun kedua jenis aktiva tersebut berbeda secara sudut pandang fisiknya, akan tetapi mempunyai manfaat yang sama bagi kelangsungan hidup perusahaan.



2.3.   Penyusutan Aktiva Tetap
                2.3.1.    Perolehan dan  Pencatatan Aktiva Tetap
Perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetap berwujud dilakukan berdasarkan konsep harga perolehan (cost concept), artinya setiap aktiva harus dicatat dan dilaporkan  dalam neraca berdasarkan harga perolehannya.
Untuk memperoleh aktiva tetap, perusahaan harus mengeluarkan sejumlah uang yang tidak hanya dipakai untuk membayar barang itu sendiri sesuai dengan nilai yang tercantum didalam faktur, tetapi juga untuk beban pengiriman, pemasangan, perantara, balik nama. Dan keseluruhan uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap tersebut disebut dengan harga perolehan.
Aktiva tetap diperoleh dengan berbagai cara, antara lain: Diperoleh dengan harga lumpsump (gabungan), diperoleh dengan pembayaran berkala, pembelian dengan cara leasing, perolehan dengan trand-in, perolehan dengan menerbitkan surat berharga, perolehan dari donasi dan dibangun sendiri.
Nilai perolehan aktiva tetap diakui sebesar harga perolehannya, oleh karena itu berikut ini beberapa definisi tentang harga perolehan aktiva tetap :
Menurut Rudianto (2009, 274) menyatakan bahwa :
”Harga perolehan keseluruhan uang yang dikeluarkan untuk memperoleh suatu aktiva tetap sampai siap digunakan oleh perusahaan”.
Menurut Wibowo, et all (2008, 160), menyatakan bahwa :
“Harga perolehan adalah semua pengeluaran yang terjadi dalam rangka memperoleh aktiva tetap sampai dengan aktiva tersebut siap digunakan”.
Sedangkan menurut Warren, et all (2008, 4400) menyatakan bahwa :
“Harga perolehan aset  tetap meliputi semua jumlah yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan aset tetap dan membuatnya siap menggunakannya”.
Berdasarkan definisi dari berbagai sumber diatas tentang harga perolehan, dapat disimpulkan bahwa harga perolehan merupakan semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam memperoleh aktiva tetap.
Aktiva tetap yang sudah dimiliki perusahaan dicatat dan diakui sebesar nilai bukunya, yaitu :
Harga Perolehan    Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap

                2.3.2.    Metode Penyusutan Aktiva Tetap
Total pengeluaran yang terjadi pada suatu periode akuntansi untuk memperoleh aktiva tetap tertentu tidak boleh dibebankan seluruhnya sebagai beban periode berjalan. Jika pengeluaran tersebut seluruhnya dibebankan pada periode berjalan, maka periode berjalan akan terlalu berat, sedangkan beban periode berikutnya yang ikut menikmati dan memperoleh manfaat dari aktiva tetap tersebut menjadi terlalu ringan. Dan itu berarti terjadi ketidakadilan didalam proses pembebanan suatu pengeluaran. Karena itu keadilan pembebanan pengeluaran dapat terjadi maka harus dilakukan depresiasi terhadap aktiva tetap tersebut.
Proses depresiasi ini penekanan utamanya adalah pada pengalokasian biaya dari cost aktiva tetap ke biaya periode untuk ditandingkan dengan pendapatan yang dilaporkan pada masing-masing periode selama digunakan aktiva tersebut.
Rudianto (2009, 276) menyatakan bahwa :
“Depresiasi atau penyusutan merupakan pengalokasian harga perolehan aktiva tetap menjadi beban ke dalam periode akuntansi yang menikmati manfaat dari aktiva tetap tersebut”.

Libby, et all (2007, 402) menyatakan bahwa:
“Penyusutan merupakan proses alokasi biaya bangunan dan peralatan selama masa manfaat produktif aset menggunakan metode yang sistematik dan rasional”.
Berdasarkan definisi berbagai sumber diatas tentang harga depresiasi, dapat disimpulkan bahwa depresiasi merupakan penurunan kemampuan aktiva tetap bersamaan dengan berlalunya waktu yang dibebankan sebagai biaya.
Faktor yang mempengaruhi menurun kemampuan suatu aktiva tetap untuk memberikan jasa/manfaaat yaitu : Secara fisik, disebabkan oleh pemakaian dan keausan karena penggunaan yang berlebihan dan secara fungsional, disebabkan oleh ketidakcukupan kapasitas yang tersedia dengan yang diminta (misal kemajuan teknologi).

Terdapat 4 (empat) unsur penting yang diperhitungkan dalam menentukan nilai depresiasi suatu aktiva tetap berwujud, yaitu :
1.               Jumlah yang dapat disusutkan / Harga perolehan
Meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan dan penyiapannya untuk dapat digunakan.
2.               Masa manfaat ;
Aktiva tetap selain tanah memiliki masa manfaat terbatas karena faktor-faktor fisik dan fungsional tertentu.
3.               Nilai sisa ;
Jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aktiva sudah tidak digunakan lagi.
4.     Pola penggunaan
Untuk membandingkan harga perolehan aktiva tetap terhadap pendapatan, beban penyusutan periode harus mencerminkan setepat mungkin dengan pola penggunaan.
Jurnal penyesuaian yang dibuat untuk mencatat beban depresiasi suatu aktiva tetap berwujud adalah :
(debet) Beban depresiasi             Rp. XXX
(credit)     Akumulasi depresiasi              Rp. XXX
Dalam menentukan beban depresiasi suatu aktiva tetap berwujud terdapat beberapa metode depresiasi yang secara umum dapat digunakan. Metode-metode depresiasi tersebut dapat diklasifikasikan menurut beberapa kriteria, antara lain :

1.             Berdasarkan Waktu
a.  Metode Garis Lurus (Straight Line Method) :
Dalam metode ini penentuan besar penyusutan setiap tahun selama umur ekonomis sama besar, sehingga jika dibuatkan grafiknya terhadap waktu, dan akumulasi biaya akan berupa garis lurus.
Warren, et all (2008, 446) menyatakan bahwa :
”Metode garis lurus adalah metode yang menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama setiap tahun sepanjang umur manfaat suatu aset tetap”.
Selain itu juga, Ely suhayati dan Sri Dewi Anggadini (2009, 252) menyatakan bahwa :
”Metode penyusutan garis lurus merupakan suatu metode yang membebankan penyusutan berdasarkan berlalunya waktu dalam jumlah yang sama sepanjang umur ekonomis aktiva tetap digunakan”.

Berdasarkan definisi berbagai sumber diatas tentang metode garis lurus, dapat disimpulkan bahwa Metode garis lurus (Straight line method) merupakan metode yang pembebanan depresiasinya sama setiap tahunnya.
Besarnya beban depresiasi dihitung dengan cara sebagai berikut:
Tarif depresiasi = 100% : n, dimana n adalah masa manfaat aktiva
Beban depresiasi = tarif depresiasi x (harga perolehan –nilai residu)
b.  Metode pembebanan menurun (Reducing cost method)
Metode depresiasi ini memberikan beban depresiasi yang selalu berkurang dari periode ke periode berikutnya. Beban depresiasi untuk tahun sekarang lebih besar daripada beban depresiasi untuk tahun berikutnya.
Metode pembebanan menurun terdiri dari :
1)   Metode Jumlah Angka tahun (Sum Of The Years Digit Method):
Penggunaan metode jumlah angka tahun menetapkan nilai penyusutan semakin lama semakin kecil berdasarkan pada perhitungan bahwa aktiva yang digunakan pada proses produksi semakin lama semakin berkurang dalam menghasilkan produksi.
Untuk menentukan besarnya jumlah angka tahun dapat juga digunakan rumus trapezium berikut :
jumlah angka tahun (JAT) = n(n+1)
2

2)   Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)
Depresiasi menurut metode ini dihitung berdasarkan tarif yang tetap dari nilai buku aktiva tetap berwujud yang di depresiasi.
Karena nilai buku aktiva setiap periode menurun, maka besarnya beban depresiasi setiap periode otomatis juga selalu menurun.
Besarnya beban depresiasi dihitung dengan cara sebagai berikut :
Tarif  depresiasi = 1-n
Beban depresiasi = Tarif depresiasi x Nilai buku aktiva
3)   Saldo Menurun Berganda (Double Declining Method)
Metode ini mengalokasikan penyusutan berdasarkan persentase umur ekonimis terhadap nilai buku aktiva yang bersangkutan, sehingga menghasilkan pembebanan penyusutan yang menurun.
Depresiasi dihitung berdasarkan tarif yang tetap dari nilai bukunya. Besarnya beban depresiasi dihitung dengan cara sebagai berikut :
Tarif depresiasi = (2 x 100%) : n
Beban depresiasi = tarif depresiasi x nilai buku aktiva
2.    Berdasarkan Penggunaan
a.  Metode Jam Jasa (Service Hours Method) :
Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa nilai aktiva tetap adalah sejumlah jam produksi sehingga taksiran umur aktiva tetap tergantung pada jumlah jam kerja produksi yang dipakai. Dalam hal ini beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan jam jasa atau pemakaian.
Besarnya beban depresiasi aktiva tetap dihitung dengan cara mengurangkan taksiran nilai residu dari harga perolehannya dan membagi hasilnya dengan taksiran jumlah jam pemakaian total dari aktiva tetap tersebut sepanjang umur ekonomisnya.
Depresiasi =  Harga perolehan – Nilai sisa
                    Taksiran jam pemakaian total


 

b.  Metode Jumlah Unit Produksi (Productive-Output Method) :
Pada metode ini penyusutan dihitung atas satuan unit produktif selama masa umur ekonomisnya, dapat berupa jumlah barang yang diproduksi, jam pemakaian, kilometer pemakaian dan sebagainya.
Besarnya beban depresiasi aktiva tetap dihitung dengan cara mengurangkan taksiran nilai residu dari harga perolehan dan membagi hasilnya dengan taksiran jumlah produk yang akan dihasilkan dari aktiva tetap tersebut sepanjang umur ekonomisnya.
Depresiasi =                 Harga perolehan – Nilai sisa
Taksiran jumlah total produk yang dapat dihasilkan


 

2.4.    Penyajian Laporan Keuangan
Pada akhir siklus akuntansi, akuntan perusahaan harus membuat laporan keuangan perusahaan untuk berbagai pihak yang membutuhkan.
Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya.
Laporan keuangan terdiri dari :

1.    Laporan laba rugi (income statement)
Merupakan suatu laporan yang menunu\jukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dalam suatu periode akuntansi atau satu tahun. Secara umum laporan laba rugi terdiri unsur pendapatan dan unsur beban usaha. Pendapatan usaha dikurangi dengan beban usaha akan menghasilkan laba/rugi usaha.
2.    Neraca (balance sheet)
Suatu daftar yang menunjukkan posisi sumber daya yang dimiliki perusahaan, serta informasi dari mana sumber daya tersebut diperoleh. Secara umum neraca dibagi ke dalam 2 sisi, yaitu sisi aktiva dan sisi pasiva.
Sisi aktiva merupakan daftar kekayaan yang dimiliki perusahaan pada suatu saat tertentu, sedangkan sisi pasiva merupakan sumber dari mana harta kekayaan tersebut diperoleh.Sumber kekayaan tersebut terdiri dari 2 kelompok besar, yaitu hutang dan modal.Karena itulah jumlah aktiva dan pasiva harus selalu sama dan seimbang.
3.    Laporan perubahan modal (statement of owner’s equity)
Merupakan suatu laporan yang menunjukkan perubahan modal pemilik atau laba yang tidak dibagikan dalam suatu periode akuntansi akibat transaksi usaha selama periode tersebut. Secara umum, pada perusahaan perseorangan laporan perubahan modal terdiri dari unsur modal, laba usaha dan prive.
Modal pada awal periode ditambah dengan laba usaha periode tersebut, dikurangi prive yang dilakukan pemilik usaha, akan menghasilkan modal pada akhir periode.
4.    Laporan arus kas (statement of cash flows)
Merupakan suatu laporan yang menunjukkan aliran uang yang diterima dan digunakan perusahaan didalam satu periode akuntansi, beserta sumber-sumbernya. Secara umum semua aktivitas perusahaan dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok aktivitas utama berkaitan dengan penyusunan laporan arus kas, yaitu:
a.    Aktivitas operasi yaitu berbagai aktivitas yang berkaitan dengan upaya perusahaan untuk menghasilkan produk, sekaligus semuaupaya yang terkait dengan upaya menjual produk tersebut.
b.    Aktivitas investasi yaitu berbagai aktivitas yang terkait dengan pembelian danpenjualan harta perusahaan yang dapat menjadi sumber pendapatan perusahaan.
c.    Aktivitas pembiayaan yaitu semua aktivitas yang berkaitan dengan upaya mendukung operasi perusahaan dengan menyediakan kebutuhan dana dari berbagai sumber besrta konsekuensinya.

BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1.     Profil Perusahaan
                3.1.1.    Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
PT XXX didirikan pada tahun 1997 yang terletak di JL aNGS no.22 Cibinong, Bogor - Jawa Barat.
PT XXX merupakan perusahaan jasa kontruksi dalam bidang pembangunan hasil kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan Japan International Cooperation Agency (JICA) dengan maksud untuk mengembangkan dan meningkatkan sistem serta melaksanakan pelatihan rehabilitasi kontruksi bagi masyarakat umum di Indonesia yang akan mendorong mereka agar dapat berdiri sendiri dengan cara memperoleh pekerjaan. Untuk mencapai keberhasilan itu, pelatihan  kontruksi pembangunan telah dibentuk untuk membantu meningkatkan kemampuan masyarakat Indonesia sehingga dapat memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kemampuan.
Proyek kerjasama telah dilaksanakan sejak Desember 2000 dibawah proyek kerjasama teknik oleh JICA, dan waktu kerjasama 10 tahun. Dalam penyelesaian proyek ini, diharapkan bahwa kesejahteraan masyarakat Indonesia akan dapat ditingkatkan melalui pelatihan keterampilan serta peningkatan pembangunan.
                  3.1.2.  Struktur Organisasi PT XXX
Struktur organisasi merupakan gambaran umum tentang bagian-bagian yang terdapat pada instansi, dimulai dari tingkatan jabatan dari yang paling tinggi sampai pada tingkat karyawan biasa. Struktur organisasi dapat menunjukkan pola, hubungan kerja, wewenang dan garis komando dari masing-masing bagian dalam organisasi. 
PT XXX dipimpin oleh kepala (Director) yang bertugas mengatur, memimpin dan mengawasi mengendalikan dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan dibidang tata usaha, rehabilitasi, pelatihan dan penelitian dan pengembangan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Berikut ini penjelasan tentang struktur organisasi PT XXX :
1.        Bagian Tata Usaha
Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan umum, penyusunan rencana dan program, urusan kepegawaian dan urusan keuangan, evaluasi dan pelaporan, ketatausahaan, perlengkapan dan rumah tangga serta kehumasan.
Bagian Tata Usaha menyelenggarakan fungsi :
a.       Pelaksanaan urusan umum;
b.      Pelaksanaan urusan kepegawaian;
c.       Pelaksanaan urusan keuangan.


Bagian Tata Usaha terdiri dari :
a.       Sub. bagian Umum;
Sub bagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan pelaporan, ketatausahaan, perlengkapan, rumah tangga serta kehumasan.
b.      Sub. bagian Kepegawaian;
Sub bagian Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian.
c.       Sub. bagian Keuangan.
Sub bagian Keuangan mempunyai tugas melakukan urusan  keuangan rutin dan pembangunan serta sumber-sumber lain dan penyimpanan bahan kebendaharaan, verifikasi dan akuntansi.
2.    Bidang Rehabilitasi Kontruksi
Bidang Rehabilitasi kontruksi mempunyai tugas melaksanakan perencanaan dan evaluasi program rehabilitasi kontruksi, pelatihan kontruksi, resosialisasi dan pembinaan lanjut.
Bidang Rehabilitasi kontruksi menyelenggarakan fungsi :
a.       Pelaksanaan perencanaan dan evaluasi program rehabiltiasi;
b.      Pelaksanaan pelatihan vokasional;
c.       Pelaksanaan resosialisasi dan pembinaan lanjut.


Bidang Rehabilitasi kontruksi terdiri dari :
a.       Seksi Perencanaan dan Evaluasi Program ;
b.      Seksi Pelatihan kontruksi ;
c.       Seksi Resosialisasi dan Pembinaan Lanjut.
3.    Bidang Pelatihan
Bidang Pelatihan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan rencana dan program, pelatihan keterampilan alat bantu kontruksi dan pelatihan keterampilan umum serta evaluasi pelatihan.
Bidang Pelatihan menyelenggarakan fungsi :
a.       Pelaksanaan perencanaan program dan evaluasi pelatihan;
b.      Pelaksanaan pelatihan keterampilan alat bantu kontruksi;
c.       Pelaksanaan pelatihan keterampilan umum.
Bidang Pelatihan terdiri dari :
a.       Seksi Perencanaan Program dan Evaluasi Pelatihan;
b.      Seksi Pelatihan, Ketrampilan Alat Bantu kontruksi;
c.       Seksi Pelatihan Keterampilan Umum.
4.    Bidang Penelitian dan Pengembangan :
Bidang Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan bidang rehabilitasi kontruksil.
Bidang Penelitian dan Pengembangan menyelenggarakan fungsi :
a.       Pelaksanaan penelitian dan pengembangan pelatihan kontruksi;
b.      Pelaksanaan penelitian dan pengembangan instruktur;
c.       Pelaksanaan penelitian dan pengembangan resosialisasi dan pembinaan.
Bidang Penelitian dan Pengembangan terdiri dari :
a.       Seksi Penelitian dan Pengembangan Pelatihan kontruksi ;
b.      Seksi Penelitian dan Pengembangan Instruktur;
c.       Seksi Penelitian dan Pengembangan Resosialisasi dan  Pembinaan Lanjut.
5.  Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6.  Instalasi Produksi
Instalasi Produksi (Production Workshop) mempunyai tugas melakukan penyelenggaraan kegiatan produksi.
7.  Instalasi Perpustakaan
Instalasi Perpustakaan mempunyai tugas melakukan urusan kegiatan perpustakaan.

                  2.3.2.  Kegiatan Perusahaan
PT XXX mempunyai kegiatan untuk  melaksanakan rehabilitasi kontruksi tingkat lanjutan, pelatihan, pengkajian dan pengembangan rehabilitasI kontruksi bagi masyarakat umum.
Berikut ini adalah kegiatan usaha yang dilaksanakan oleh BPT XXX :
1.      Pelaksanaan penyusunan rencana program, evaluasi, dan penyusunan laporan pelayanan rehabilitasi kontruksi tingkat lanjutan ;
2.      Pelaksanaan pelatihan - pelatihan kontruksi ;
3.      Pelaksanaan pelatihan keterampilan instruktur serta keterampilan umum bagi semua instruktur;
4.      Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan metode dan pelaksanaan pelatihan kontruksi, pelatihan instruktur, resosialisasi dan pembinaan lanjut ;
5.      Pengelolaan urusan tata usaha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar